Babak Baru Skandal BSI Makassar: Ironi Peran Dosen Unhas dalam Sengkarut Properti
0 menit baca
CYBERKRIMINAL.COM, MAKASSAR, SULAWESI SELATAN - Kasus dugaan skandal yang menyeret Bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Makassar memasuki babak baru yang semakin ironis. Di balik gelombang protes mahasiswa yang mengguncang jalanan, terkuak peran seorang akademisi senior Universitas Hasanuddin (Unhas) dalam pusaran transaksi properti yang menjadi salah satu pemicu utama demonstrasi.
Aksi puluhan mahasiswa SAPMA PP Kota Makassar dipicu oleh dugaan praktik melawan hukum di BSI yang berujung pada pembelian sebuah ruko secara daring oleh AW. Ironisnya, ruko tersebut dulunya di miliki oleh tetangganya sendiri, yang kini diduga mengalami kesulitan finansial.
Sorotan tajam kini tertuju pada etika dan kepekaan sosial seorang figur publik dan intelektual. Sebagai seorang Dosen Senior di universitas ternama, ekspektasi publik terhadap AW tentu lebih tinggi. Alih-alih menunjukkan empati dan membantu tetangga yang sedang kesulitan, yang bersangkutan justru melakukan transaksi pembelian aset tetangganya melalui platform daring, seolah mengabaikan relasi sosial dan potensi implikasi kemanusiaan dari tindakannya.
Sejumlah pihak semakin mempertegas ironi situasi ini. Tindakan membeli aset tetangga yang sedang terimpit ekonomi, apalagi tanpa komunikasi langsung dan melalui mekanisme daring yang impersonal, dinilai bertentangan dengan nilai-nilai gotong royong dan kepedulian sosial yang seharusnya dijunjung tinggi, terutama oleh seorang tokoh pendidikan.
Mahasiswa yang melakukan aksi protes tidak hanya menyoroti dugaan pelanggaran hukum di BSI, tetapi juga implikasi moral dari transaksi properti ini. Mereka mempertanyakan bagaimana sebuah institusi perbankan terkemuka dapat memfasilitasi transaksi yang dinilai kurang etis dan berpotensi merugikan pihak yang lebih lemah.
Publik kini menanti klarifikasi dari berbagai pihak terkait. Penjelasan dari AW terkait alasannya melakukan pembelian secara daring dan tanpa mengetahui kepemilikan tetangganya menjadi krusial untuk meredam spekulasi dan menjawab pertanyaan etika yang mengemuka. Di sisi lain, BSI juga dituntut untuk memberikan penjelasan transparan mengenai standar operasional mereka dalam memfasilitasi transaksi properti dan memastikan perlindungan bagi seluruh pihak yang terlibat.
Kasus ini menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya kepekaan sosial dan etika, terutama bagi figur-figur publik. Aksi mahasiswa di Makassar tidak hanya menyuarakan tuntutan hukum, tetapi juga menggugah kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang terkadang terlupakan dalam transaksi ekonomi.
Bola kini berada di tangan pihak berwenang untuk melakukan investigasi secara komprehensif dan memberikan keadilan yang tidak hanya berlandaskan hukum, tetapi juga mempertimbangkan aspek moral dan sosial yang terungkap dalam kasus ini.
(**)